Anak Suka Membantah Itu Berpotensi Jadi Pemimpin, Lakukan Cara Ini!
Radarislam.com ~ Setiap anak memiliki
karakter yang berbeda. Ada yang mau menuruti perintah orang tua begitu saja,
ada pula yang sering membantah ketika disuruh.
Anak yang penurut lebih disukai daripada anak pembantah. Para orang tua sering kewalahan mengatasi anak yang suka melawan orang tua.
Lalu, jika ayah dan bunda punya anak yang suka membantah, bagaimana solusinya?
Anak yang penurut lebih disukai daripada anak pembantah. Para orang tua sering kewalahan mengatasi anak yang suka melawan orang tua.
Cara Mendidik Anak yang Suka Membantah
Lalu, jika ayah dan bunda punya anak yang suka membantah, bagaimana solusinya?
Pertama. Orang tua
seharusnya bersyukur memiliki anak yang merupakan calon pemimpin. Dengan mensyukuri,
kita akan lebih bersabar mendidik bakal pemimpin di masa depan itu.
Di balik sifat yang tidak mau diatur, anak berpotensi menjadi pemimpin.
Di balik sifat yang tidak mau diatur, anak berpotensi menjadi pemimpin.
Tahukah anda di balik sifat
yang tidak ingin dipimpin itu menunjukkan bahwa dia akan tampil sebagai “Pengatur”
alias pemimpin? Coba lihat para pemimpin atau atasan.
Tidak ada kan yang mau disuruh-suruh atau gampang diatur? Kebanyakan dari mereka adalah orang yang keras dan susah diatur.
Tidak ada kan yang mau disuruh-suruh atau gampang diatur? Kebanyakan dari mereka adalah orang yang keras dan susah diatur.
Kedua, anak membangkang atau
membantah pada umumnya karena adanya perbedaan pendapat antara anak dengan
orangtua.
Orangtua yang memiliki
kecenderung otoriter dan ingin selalu mengatur, jika kebetulan anak kita tipe
penurut alias bukan pemimpin maka hal itu mudah saja, tapi ketika berhadapan
dengan anak yang bertipe pemimpin — yang tidak mau begitu saja menerima pendapat
atau mau dipaksa— akan sering terjadi perdebatan. Namun setiap hal ini terjadi
“seolah-olah” penyebabnya hanyalah anak kita.
Kita orang tua tidak pernah merasa bersalah dengan cara kita mendidik seorang calon pemimpin kecil.
Kita orang tua tidak pernah merasa bersalah dengan cara kita mendidik seorang calon pemimpin kecil.
Padahal sesungguhnya, dengan
adanya anak yang membantah, para orangtua bisa mengevaluasi aturan main dan
pola komunikasi yang dibangun; apakah sudah sesuai dengan masing-masing tipe
anak sehingga proses perdebatan antara orangtua dan anak dapat dikurangi untuk
bisa mendapatkan jalan keluar terbaik.
Jadi, dari pada selalu
menyalahkan anak kita, akan jauh lebih baik jika kita belajar untuk mendidik
calon pemimpin kecil kita di rumah.
Bagaimana caranya?
Pertama, didiklah ia untuk
menjadi anak yang kooperatif dan bukannya menjadi seorang yang penurut.
Mengapa? Coba Anda pikirkan kalau anak kita menjadi penurut, apa pekerjaan di kantor yang diisi oleh seorang penurut?
Mengapa? Coba Anda pikirkan kalau anak kita menjadi penurut, apa pekerjaan di kantor yang diisi oleh seorang penurut?
“Tolong rapikan ini,” “Baik,
Pak ....”
“Tolong belikan itu ....”
“Baik, Pak ....”
Sudah jelas, kan? anak kita
akan menjadi pekerja yang selalu dimintai tolong dan bukan pengambil keputusan.
Lantas apa bedanya Penurut
dengan Kooperatif..?
Kalau kooperatif, seorang
anak mau melakukan apa yang diminta orangtuanya karena tahu alasan logisnya.
Sedangkan penurut, anak
melakukan sesuatu tanpa tahu alasannya, ia menurut saja tanpa berpikir dan menggunakan
logikanya.
Nah jadi jangan kaget jika
banyak orang Indonesia yang mau saja menuruti orang lain untuk bebuat tidak
baik, membenci orang lain, bahkan sampai membunuh orang lain atas perintah
orang lain tanpa alasan yang logis.
Atau contoh lain banyak orang kita yang
dengan mudahnya terpengaruh oleh status di facebook yang isinya
hanya menebar kebencian padahal tanpa dasar logika.
Kedua, biasakan menawarkan
beberapa pilihan atau opsi padanya. Misalnya, “Kamu mau mandi sekarang atau
lima menit lagi? Oke kita sepakat ya ... sepuluh menit lagi dari sekarang.
Jika tiba waktunya kamu
belum mandi juga, besok kamu mau uang jajan dikurangi atau tidak boleh bermain
sepeda di sore hari?”
Pastikan AyahBunda
melaksanakan kesepakatan dengan tegas tanpa kompromi jika memang terjadi
pelanggaran secara sengaja.
Sekali lagi saya ulangi, kunci dari keberhasilan
mendidik anak tipe pemimpin adalah KETIKA TERJADI PELANGGARAN TERHADAP HAL YANG
SUDAH DISEPAKATI, MAKA LAKSANAKAN KONSEKUANSI ATAU HUKUMAN DENGAN TEGAS DAN
TANPA KOMPROMI.
Jika dia melawan, lakukan proses peringatan, dan jika masih
melawan juga lakukan azas PEMAKSAAN PELAKSANAAN HUKUMAN.
Ketiga, calon pemimpin suka
dengan reward dan consequences.
Anak bertipe pemimpin suka
dengan aturan main, perjanjian atau kesepakatan yang disertai reward &
punishment.
Orangtua bisa menerapkan
satu kesepakatan dan kalau tidak di jalankan dengan baik, berikan
konsekuensinya. Biasanya si calon pemimpin juga tergolong konsisten. Jadi kalau
ia melanggar, berikan hukumannya, agar ia tidak melanggar terus.
Dengan menerapkan aturan
yang jelas seperti contoh di atas, orangtua tidak akan kewalahan lagi dalam
mendidik calon pemimpin kecil kita ini.
Dan yang paling penting
adalah Niat utama kita adalah mendidik perilakunya untuk menjadi baik, bukan
menghukum untuk melampiaskan kekesalan kita, jadi pilihlah hukuman yang
mendidik.
Jadi ketika kelihatan anak
mulai ada gejala-gejalan melanggar kesepakatan, maka sebelum pelanggaran itu
terjadi kita harus mengingatkan dengan kata-kata berikut ini;
"Kakak atau Adek masih
ingat kan ya perjanjiannya, dan masih ingat juga kan ya kalau melanggar apa
hukumannya?"
Tatap wajahnya sampai ia
dengar dan paham peringatan dari kita. Lalu lanjutkan dengan
kata-kata (sambil serius menatapnya)
Mama/Papa cuma mengingatkan
saja, agar adek/kakak tidak terkena hukuman.. Tapi jika Adek/kakak tetap
melanggar berarti bukan mama atau papa yang menghukum ya...., Adik sendiri yang
menghukum diri adik sendiri, adik sendiri yang pilih untuk di hukum.
Yang terakhir adalah menggunakan
counting system atau hitungan.
Ketika pertama kali aturan
diterapkan maka ketika dia terlihat mulai melanggar, cobalah untuk menghitung.
“Kakak/Adik, ingat
kesepakatan kita ya. Mama/papa akan hitung sampai 10. Kalau dihitungkan sampai
ke-10, adik atau kakak tetap tidak mau patuh sama kesepakatan maka Mama/Papa
akan langsung menghukum ya.
Baca Juga:
Baca Juga:
- Anaknya Selalu Ranking 23, tapi hal tak diduga Terungkap ketika Rapor dibuka
- Anak Over Aktif atau Tak Mau Diam? Bersyukurlah Bunda, Kisah Nyata Ini ungkap alasannya
Satu.. dua.. tigaa..
Umumnya tips terakhir ini
sangat manjur khususnya bagi anak-anak usia SD dan di bawahnya. Tips ini
efektif agar anak-anak menjadi disiplin memenuhi janji yang sudah mereka buat.
Selamat mencoba..!
Sumber: Ayah Edy Parenting - www.ayahkita.com