Kecintaan pada Allah Membuat Budak Wanita Ini Menjadi Sufi - RadarIslam.com

Kecintaan pada Allah Membuat Budak Wanita Ini Menjadi Sufi

Radarislam.com ~ Suatu saat pada tahun 250H/853M, hiduplah seorang sufi wanita bernama Tuhfah. Dia hidup satu zaman dengan Sari Al-Saqati. 

Tihfah merupakan budak yang sama sekali tidak makan maupun minum. 

Pada suatu hari, dia hanya menangis sembari merintih untuk mengabdi pada Allah SWT. 
Ketika keadaannya sudah sampai puncak, keluarga majikannya membawa dia ke rumah sakit jiwa.

Sebagai sufi yang hidup sezaman dengan Tuhfah, Sari al-Saqati banyak bercerita tentang Tuhfah. 

Saat itu, Sari pergi ke rumah sakit karena hatinya sedang sumpek. 

Di salah satu kamar rumah sakit itu, ia menemukan seorang gadis yang diikat kedua kakinya menggunakan rantai. 

Air mata gadis itu selalu berlinang setiap kali dia melantunkan syair.

Ketika ingin tahu identitas gadis itu, seorang perawat mengatakan ia seorang budak yang gila dan bernama Tuhfah. la dikirim oleh seseorang yang rupanya majikannya. 

Ketika perawat itu menerangkan kepada al-Saqati perihal dirinya. la pun berlinang matanya.

Tuhfah berkata, “Tangisanmu ini, lahir dari pengetahuanrnu tentang sifat-sifat Allah. Bagaimana jadinya jika engkau benar-benar mengenal-Nya sebagaimana dibutuhkan oleh makrifat hakiki?” 

Setelah berkata begitu Tuhfah pingsan satu jam. 

Sesudah itu ia bersyair kembali.

Saqati menganggap, Tuhfah sebagai saudara. 

Ketika Saqati bertanya siapa yang memenjarakan (maksudnya mengirim) ke rumah sakit ini?” Orang-orang yang iri dan dengki,” jawabnya. 

Mendengar jawaban itu, Saqati menganjurkan kepada petugas rumah sakit itu agar Tuhfah dilepas saja dan membiarkan ia pergi ke mana saja. Melihat gelagat itu Tuhfah bereaksi.

Saqati Berdo’a

Mendadak seseorang muncul di rumah sakit. Menurut seorang perawat, dia adalah majikan Tuhfah. 

Siapa yang memberi tahu, kalau budaknya yang gila itu sudah bersama al-Saqati, seorang syaikh. 

la sangat gembira dan mengatakan barangkali Sufi yang datang itu bisa menyembuhkan budaknya. 

la mengaku bahwa dirinya yang mengirim ke rurnah sakit. Seluruh hartanya sudah ludes untuk membiayai pengobatannya. 

Katanya budak itu dibeli dengan harga 20.000 dirham.

Saqati tertarik rnembeli karena ketrampilannya sebagai penyanyi, sementara alat musik yang sering ia pakai adalah harpa. la seorang sufi wanita yang begitu kuat cintanya kepada Allah.


Mendengar kisah itu Saqati kemudian dengan berani menawar berapa saja uang yang diminta jika sang majikan menjualnya. 

Sang majikan menukas, “Wahai Saqati, engkau benar seorang sufi, tetapi engkau sangat fakir, tidak bakalan bisa menebus harga Tuhfah,” tukasnya.

Benar apa yang dikatakan majikan Tuhfah. Kala menawar, Saqati tak memiliki uang sedirham pun. Saqati pulang dengan hati menangis. 

Tekadnya untuk membeli Tuhfah begitu besar dan menggebu-gebu, namun apa dikata, uang pun ia tak mengantungi. 

Kemudian ia berdoa, “Ya Allah, Engkau mengetahui keadaan lahiriah dan batiniahku. 

Hanya dalam rahmat dan anugerah-Mu aku percayakan diriku. Janganlah Engkau hinakan diriku kini!”

Selesai berdoa tiba-tiba pintu diketuk orang. Saqati pun membuka pintu. 

Didapati seseorang yang mengaku bernama Ahmad Musni dengan membawa empat orang budak yang memanggul pundi-pundi. 

Musni mendengar suara gaib, agar ia membawa lima pundi-pundi ke rumah Sari Al Saqati, supaya sufi fakir itu memperoleh kebahagiaan untuk membeli Tuhfah. 

Itulah salah satu karomah yang dimiliki al-Saqati.

Haji Bersama

Mendengar cerita Musni itu, Saqati langsung sujud sukur, dilanjutkan dengan salat malam, dan bangun sampai pagi. 

Ketika matahari sepenggalah, Saqati mengajak Musni ke rumah sakit. Majikan Tuhfah yang mengejeknya itu sudah berada di rumah sakit lebih dahulu. 

Ketika hendak dibayar berapa saja harga yang diminta, majikan itu malah mengelak, 

“Tidak Tuan, sekiranya Anda memberiku seluruh dunia ini untuk mernbelinya, aku tidak mau menerimanya. Aku telah membebaskan Tuhfah. la henar-benar bebas untuk mengikuti kehendak Allah,” tuturnya.

Mendengar kata-kata majikan itu, Ahmad Musni yang memberi Saqati lima pundi-pundi ikut menangis. 
 Musni menangis karena terharu kepada majikan itu yang sudah meninggalkan duniawi, melepaskan hartanya seperti dirinya juga.

”Betapa agung berkah yang diberikan Tuhfah, kepada kita bertiga ini” ujar Musni sambil menatap Sari Al Saqati dan majikan Tuhfah.

Orang-orang itu pun kini berperilaku seperti sufi. Mereka menunaikan ibadah haji ke Mekkah. 

 Dalam perjalanan itu, Musni meninggal dunia saat sampai di Baitullah dan keduanya sedang thawaf. Saat Saqati memberi tahu Musni telah meninggal. 

 Tuhfah berkata, “Kelak dia akan menjadi tetanggaku di surga. Tidak ada satu orang pun yang bisa melihat nikmat Tuhan yang diberikan kepada dia.”

Saat Saqati memberi tahu Tuhfah bahwa majikannya melaksanakan ibadah haji bersamaan dengan mereka, Tuhfah terlihat berdoa sebentar, kemudian dia roboh di samping Kabah. 

Lalu majikannya datang dan dia melihat Tuhfah dalam keadaan sudah tidak bernyawa, majikan itu sedih dan ikut roboh di sampingnya. 

Saqati mengurus jenazah Tuhfah dan majikannya. Akhirnya Saqati pulang sendirian ke Iraq.



Sumber:
Sufinews.com

Share This !