Kecintaan pada Allah Membuat Budak Wanita Ini Menjadi Sufi
Tihfah merupakan
budak yang sama sekali tidak makan maupun minum.
Pada suatu hari, dia
hanya menangis sembari merintih untuk mengabdi pada Allah SWT.
Ketika
keadaannya sudah sampai puncak, keluarga majikannya membawa dia ke rumah
sakit jiwa.
Sebagai sufi yang hidup sezaman dengan Tuhfah, Sari al-Saqati banyak bercerita tentang Tuhfah.
Saat itu, Sari
pergi ke rumah sakit karena hatinya sedang sumpek.
Di salah satu kamar
rumah sakit itu, ia menemukan seorang gadis yang diikat kedua kakinya
menggunakan rantai.
Air mata gadis itu selalu berlinang setiap kali dia
melantunkan syair.
Ketika ingin tahu identitas gadis itu, seorang perawat mengatakan ia seorang budak yang gila dan bernama Tuhfah. la dikirim oleh seseorang yang rupanya majikannya.
Ketika ingin tahu identitas gadis itu, seorang perawat mengatakan ia seorang budak yang gila dan bernama Tuhfah. la dikirim oleh seseorang yang rupanya majikannya.
Ketika
perawat itu menerangkan kepada al-Saqati perihal dirinya. la pun
berlinang matanya.
Tuhfah berkata, “Tangisanmu ini, lahir dari pengetahuanrnu tentang sifat-sifat Allah. Bagaimana jadinya jika engkau benar-benar mengenal-Nya sebagaimana dibutuhkan oleh makrifat hakiki?”
Tuhfah berkata, “Tangisanmu ini, lahir dari pengetahuanrnu tentang sifat-sifat Allah. Bagaimana jadinya jika engkau benar-benar mengenal-Nya sebagaimana dibutuhkan oleh makrifat hakiki?”
Setelah berkata begitu Tuhfah pingsan satu jam.
Sesudah itu ia bersyair
kembali.
Saqati menganggap, Tuhfah sebagai saudara.
Saqati menganggap, Tuhfah sebagai saudara.
Ketika Saqati
bertanya siapa yang memenjarakan (maksudnya mengirim) ke rumah sakit
ini?” Orang-orang yang iri dan dengki,” jawabnya.
Mendengar jawaban itu,
Saqati menganjurkan kepada petugas rumah sakit itu agar Tuhfah dilepas
saja dan membiarkan ia pergi ke mana saja. Melihat gelagat itu Tuhfah
bereaksi.
Saqati Berdo’a
Saqati Berdo’a
Mendadak seseorang muncul di rumah sakit. Menurut seorang perawat, dia adalah majikan Tuhfah.
Siapa
yang memberi tahu, kalau budaknya yang gila itu sudah bersama al-Saqati,
seorang syaikh.
la sangat gembira dan mengatakan barangkali Sufi yang
datang itu bisa menyembuhkan budaknya.
la mengaku bahwa dirinya yang
mengirim ke rurnah sakit. Seluruh hartanya sudah ludes untuk membiayai
pengobatannya.
Katanya budak itu dibeli dengan harga 20.000 dirham.
Saqati tertarik rnembeli karena ketrampilannya sebagai penyanyi, sementara alat musik yang sering ia pakai adalah harpa. la seorang sufi wanita yang begitu kuat cintanya kepada Allah.
Saqati tertarik rnembeli karena ketrampilannya sebagai penyanyi, sementara alat musik yang sering ia pakai adalah harpa. la seorang sufi wanita yang begitu kuat cintanya kepada Allah.
Mendengar kisah itu Saqati
kemudian dengan berani menawar berapa saja uang yang diminta jika sang
majikan menjualnya.
Sang majikan menukas, “Wahai Saqati, engkau benar
seorang sufi, tetapi engkau sangat fakir, tidak bakalan bisa menebus
harga Tuhfah,” tukasnya.
Benar apa yang dikatakan majikan Tuhfah. Kala menawar, Saqati tak memiliki uang sedirham pun. Saqati pulang dengan hati menangis.
Benar apa yang dikatakan majikan Tuhfah. Kala menawar, Saqati tak memiliki uang sedirham pun. Saqati pulang dengan hati menangis.
Tekadnya untuk membeli Tuhfah begitu besar dan
menggebu-gebu, namun apa dikata, uang pun ia tak mengantungi.
Kemudian
ia berdoa, “Ya Allah, Engkau mengetahui keadaan lahiriah dan batiniahku.
Hanya dalam rahmat dan anugerah-Mu aku percayakan diriku. Janganlah
Engkau hinakan diriku kini!”
Selesai berdoa tiba-tiba pintu diketuk orang. Saqati pun membuka pintu.
Selesai berdoa tiba-tiba pintu diketuk orang. Saqati pun membuka pintu.
Didapati seseorang yang mengaku
bernama Ahmad Musni dengan membawa empat orang budak yang memanggul
pundi-pundi.
Musni mendengar suara gaib, agar ia membawa lima
pundi-pundi ke rumah Sari Al Saqati, supaya sufi fakir itu memperoleh
kebahagiaan untuk membeli Tuhfah.
Itulah salah satu karomah yang
dimiliki al-Saqati.
Haji Bersama
Haji Bersama
Mendengar cerita Musni itu, Saqati langsung sujud sukur, dilanjutkan dengan salat malam, dan bangun sampai pagi.
Ketika matahari sepenggalah, Saqati mengajak Musni
ke rumah sakit. Majikan Tuhfah yang mengejeknya itu sudah berada di
rumah sakit lebih dahulu.
Ketika hendak dibayar berapa saja harga yang
diminta, majikan itu malah mengelak,
“Tidak Tuan, sekiranya Anda
memberiku seluruh dunia ini untuk mernbelinya, aku tidak mau
menerimanya. Aku telah membebaskan Tuhfah. la henar-benar bebas untuk
mengikuti kehendak Allah,” tuturnya.
Mendengar kata-kata majikan itu, Ahmad Musni yang memberi Saqati lima pundi-pundi ikut menangis.
Mendengar kata-kata majikan itu, Ahmad Musni yang memberi Saqati lima pundi-pundi ikut menangis.
Musni menangis karena terharu kepada majikan itu yang sudah meninggalkan
duniawi, melepaskan hartanya seperti dirinya juga.
”Betapa agung berkah
yang diberikan Tuhfah, kepada kita bertiga ini” ujar Musni sambil
menatap Sari Al Saqati dan majikan Tuhfah.
Orang-orang itu pun kini berperilaku seperti sufi. Mereka menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Orang-orang itu pun kini berperilaku seperti sufi. Mereka menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Dalam perjalanan itu, Musni meninggal dunia saat sampai di Baitullah dan
keduanya sedang thawaf. Saat Saqati memberi tahu Musni telah meninggal.
Tuhfah berkata, “Kelak dia akan menjadi tetanggaku di surga. Tidak ada
satu orang pun yang bisa melihat nikmat Tuhan yang diberikan kepada
dia.”
Saat Saqati memberi tahu Tuhfah bahwa majikannya melaksanakan ibadah haji bersamaan dengan mereka, Tuhfah terlihat berdoa sebentar, kemudian dia roboh di samping Kabah.
Saat Saqati memberi tahu Tuhfah bahwa majikannya melaksanakan ibadah haji bersamaan dengan mereka, Tuhfah terlihat berdoa sebentar, kemudian dia roboh di samping Kabah.
Lalu majikannya datang
dan dia melihat Tuhfah dalam keadaan sudah tidak bernyawa, majikan itu
sedih dan ikut roboh di sampingnya.
Saqati mengurus jenazah Tuhfah dan
majikannya. Akhirnya Saqati pulang sendirian ke Iraq.
Sumber: Sufinews.com
Baca Juga: