Namaku Yuyun Dan Inilah Kisahku, Jangan Sedih Bacanya Ya! - RadarIslam.com

Namaku Yuyun Dan Inilah Kisahku, Jangan Sedih Bacanya Ya!

Radarislam.com ~ Sebuah narasi yang ditulis oleh pemilik akun facebook Lyana Lukito yang diunggah pada 3 Mei 2016 menceritakan kisah pilu Yuyun, seorang siswi SMP yang menjadi korban kebiadaban 14 pemuda tak bertanggung jawab baru-baru ini cukup menarik perhatian pengguna facebook. Banyak diantara pembaca yang menangis dibuatnya, ada juga yang geram dan marah, berharap pelaku dihukum seberat-beratnya. Status tersebut terpantau dibagikan lebih dari 12 ribu kali, melibatkan lebih dari 1.7 ribu komentar. Berikut narasi selengkapnya;

Perkenalkan, namaku adalah Yuyun. Aku berusia 14 tahun dan sekarang aku duduk di bangku kelas 2 SMPN 5 Satu Atap di Padang Ulak Tanding, Bengkulu. Ada kegiatan pramuka di sekolah sehingga aku memakai seragam pramuka yang berwarna coklat.

Mungkin seragam pramukaku tidak sebersih seragam pramuka anak-anak yang lain ketika berangkat ke sekolah. Maklumlah karena aku hanyalah gadis dari desa yang sudah akrab dengan getah debu dan pohon. Tetapi aku sangat bangga bisa memakainya. Aku bangga menjadi pelajar dan bisa bersekolah dengan teman-teman. Belajar merupakan bagian dari perjalananku untuk bisa kenal dengan dunia lebih dekat lagi. Selain sekolah, aku juga rajin mengaji. Karena bagiku, ilmu pengetahuan dan ilmu agama adalah bekalku di masa depan dan di akhirat kelak.


Walaupun hidup di desa yang terpelosok, aku juga memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depan. Sama seperti anak-anak yang lainnya. Itulah yang diajarkan oleh banyak orang kalau setiap anak mesti menggantungkan cita-citanya setinggi langit.

Siang itu udara sangat panas. Pulang sekolah, seperti biasa aku jalan kaki melewati perkebunan. Aku merasa haus tapi aku harus cepat pulang dan makan siang dengan keluargaku tercinta.

Tidak ada yang antar jemput karena jalan kaki seperti menjadi sebuah kebiasaan. Menurutku, itu juga keindahan karena bisa menyusuri jalan-jalan kecil di desa dan menikmari suasana sepi sembari bernyanyi kecil. Sesekali, aku membayangkan cerita teman-teman yang ada di sekolah tadi pagi.

Di tikungan yang sepi, aku berjumpa dengan beberapa teman lelaki. Mereka mendatangi aku. Aku memang kenal salah satu dari mereka. Dia kakak kelas. Mereka menyuruhku bergabung namun aku menolak. Aku ingin cepat pulang. Lagipula aku tidak tahan dengan bau mulut mereka yang seperti a-rak dengan mata yang memerah.

Sepertinya mereka tak suka ditolak. Salah satu dari mereka menarik tanganku dengan kasar dan aku menepisnya. Dari belakang, yang lain menyergap. Dia membekap mulutku dan menghalangi suara teriakan. Aku hampir kehabisan nafas.

Mereka memukul ku dengan keras. Aku terhuyung. Pandanganku gelap. Yang lain membawa tali dan mengikat tanganku. Aku terus meronta berusaha melepaskan diri. Tapi tenaga mereka seperti banteng. Ke-14 lelaki itu telah memperlakukan aku seperti binatang. Aku dibanting sekeras-kerasnya ke tanah dan disusupkan di antara pepohonan.

Mereka menarik seragam pramukaku. Akhirnya rok cokelat tua kesayanganku dikoyak hingga robek. Aku menjerit tetapi bekapan tangan mereka sangat kuat. Mereka menggagahiku dengan paksa. Ketika itu, di antara kebiadaban, aku hanya bisa merintih. Mulutku terus memanggil-manggil nama ibu. Aku berharap dia mendengar rintihanku.

Ini adalah putri kecilmu, Ibu. Aku dikangkangi oleh gerombolan binatang dengan nafsu luber dan aroma miras di mulut. Aku sedang menahan perih. Mereka menyiksaku dan merusak kehormatan diriku beramai-ramai. Mereka memukul tubuhku pada kayu dan tangan. Ini adalah putri yang engkau lahirkan, besarkan dan kau rawat dengan kasih sayang. Tetapi aku diperlakukan dengan bengis dan disusupkan di antara ilalang, persis seperti binatang. Ini aku Bu, Yuyun. Yuyun sedang menghadapi kebuasan iblis yang berwujud seperti manusia.

Oh..  Ibu. Mereka terus serang kewanitaanku tanpa belas kasihan. Aku rasa binatang yang paling keji sekalipun tidak ada yang tega memperlakukan makhluk seperti itu. Yang tersisa sekarang hanya perih. Aku menjerit. Tetapi suaraku sudah habis. Jeritan itu disusul dengan pukulan kayu ke kepala dan tiba-tiba semuanya berubah menjadi gelap.

Dalam gelap itu, aku melihat wajah ibu yang sedih. Air matanya meleleh. Aku juga melihat kemurungan pada wajah bapak. Urat mukanya sangat tegang. Aku ingin memeluk mereka tetapi aku tidak berdaya. Suasana semakin gelap dan aku tidak lagi merasakan sakit. Puncak dari semua rasa sakit adalah kekosongan.

Tubuhku ringsek dan seragam pramuka ku yang hanya satu itu terkoyak. Kasihan ibuku karena harus membelikan seragam pramuka yang baru. Maafkan anakmu, ibu. Kebengisan itu telah merusak seragam pramukaku. Maafkan aku juga, Bapak. Pukulan kayu di kepala ini telah memisahkan kita selama-lamanya.
Namaku Yuyun dan aku adalah siswi kelas 2 SMPN 5 Satu Atap, Rejang Lebang, Bengkulu. Aku punya cita-cita yang sama seperti anak-anak Bapak dan Ibu. Tapi semuanya harus tanggal karena sekarang aku hanyalah jasad yang memakai seragam pramuka yang koyak, dan ditemukan pada dasar jurang dengan kondisi diikat.(*)

Sumber Narasi : Akun Fb Lyana Lukito (dengan sedikit penyuntingan)

Share This !