Terinspirasi Islam Nusantara, 33 Negara Utusan ISOMIL Sepakat Ingin Bentuk NU di Negaranya
Radarislam.com ~ Meskipun Islam
Nusantara menuai kontroversi di dalam negeri namun siapa sangka banyak ulama
dari luar negeri tertarik dengan konsep Islam Nusantara. Mereka menilai
Islam Nusantara yang dipelopori oleh NU tersebut bisa merefleksikan ajaran islam yang ramah, memberikan gagasan dan mampu menjembatani ajaran Islam yang toleran dengan nilai-nilai kebudayaan.
Perwakilan ulama empat negara peserta
ISOMIL (International Summit of the Moderate Islamic Leaders) lebih dulu memastian ingin membentuk Jam’iyah
NU. Empat negara yang dimaksud adalah Yunani, Rusia, Libanon, dan Lithuania. Tak
Hanya itu dari 33 utusan negara yang hadir, akhirnya semua juga sepakat akan
megembangkan NU di negara asal. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan atas nilai
yang dikembangkan jam’iyah ini dalam mengembangkan Islam ramah, seperti
diajarkan Rasulullah SAW.
Para ulama dari berbagai negara yang hadir dalam
International Summit of The Moderate Islamic Leaders atau Isomil kemudian sepakat
membentuk Nahdlatul Ulama di negaranya masing-masing. Hal tersebut
dideklarasikan dalam acara yang digelar PBNU di Jakarta Convention Center,
Jakarta, Selasa, 10 Mei 2016.
Menurut Rektor Universitas Kulliyatud Da’wah, Libanon,
Syeikh Abdul Nasheer Jabri, nilai-nilai dasar yang dikembangkan NU selaras
dengan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban manusia. Dia menilai,
NU melalui Islam Nusantara telah banyak mempraktikan prinsip moderasi dan
toleransi.
"Paradigma Islam moderat ala NU ini harus terus
dikampanyekan oleh berbagai pihak. Karena misi ini adalah hal yang sangat
prinsipil dalam Islam. Islam moderat NU ini bukan milik kelompok tertentu, atau
negara tertentu, tetapi memang inilah Islam sesungguhnya yang diajarkan Nabi,”
kata Nasheer, usai gelaran ISOMIL PBNU di Jakarta Convention Center (JCC),
Selasa, 10 Mei 2016.
Nasheer melihat, selama ini banyak kelompok yang
berorientasi pada perebutan kekuasaan dan membenturkan negara dengan Islam.
Kelompok-kelompok itu kerap menebar konflik dan misi perang.
"Islam bukanlah hizb, bukan partai atau pasukan
perang. Sebab Islam bukan fikrul harb, tidak berorientasi pada peperangan.
Islam adalah fikrul ummah, yang berorientasi pada pengembangan peradaban ummat,
mewujudkan kesejahteraan, membina masyarakat dalam beribadah, membangun
ketertiban umum," ucap dia.
Ketua Umum PBNU, KH Sa’id Aqil Siradj
menyambut baik dimanitinya NU di negara lain. Dia mengartikan, tawaran NU
tentang wawasan dan pengalaman Islam Nusantara perlahan mulai disambut oleh
dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani. KH Sa’id Aqil
menuturkan bahwa Islam Nusantara merupakan spirit bersama dari para peserta
Deklarasi NU. Konsep ini adalah sumbangsih untuk peradaban Islam yang
menghargai budaya yang telah ada serta lebih mengedepankan perdamaian dan
harmoni.
Kiai Said juga mengatakan, para ulama yang
ingin membentuk jam’iyah yang berkomitmen mengembangkan prinsip NU, yakni
tawassuth (jalan moderat), tawaazun (keseimbangan), tasaamuh (kelemahlembutan
dan kasih sayang), dan i‘tidaal (keadilan). “Dalam cara pandang Islam
Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul wathan
minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman,” tutupnya.
Sebelumnya, Afghanistan sudah lebih
dulu membentuk perwakilan NU di negaranya sebagai usaha meredam gejolak sekterian dan
perbedaan madzab. Berdirinya NU di sana sudah menjadi percontohan soal Islam
yang toleran dan rahmatan lil alamin.
Baca Juga:
- Hukum Berwudlu Tanpa Mengenakan Pakaian Setelah Mandi
- Wanita, Ini Arti Warna Darah Haid yang Akan Bikin Kamu Kaget