Kisah Jalaluddin Rumi, Saat Sang Guru Meminta Arak

Padahal, minuman keras sangat dilarang dalam Islam. Banyak yang mengatakan
bahwa minuman keras merupakan sumber dari segala kejahatan.
Mukmin
sejati pasti tak akan mau menenggak khamr walau hanya setetes. Apalagi
menyentuhnya.
Lalu bagaimana jika seorang ulama ternama sampai terlihat banyak orang memegang minuman haram itu? Tentu pikiran orang menjadi buruk tentangnya.
Inilah yang terjadi pada penyair sufi kenamaan, Jalaluddin Rumi.
Lalu bagaimana jika seorang ulama ternama sampai terlihat banyak orang memegang minuman haram itu? Tentu pikiran orang menjadi buruk tentangnya.
Inilah yang terjadi pada penyair sufi kenamaan, Jalaluddin Rumi.
Kisah bermula saat murid dari Syams Tabrizi ini
mengundang gurunya itu ke rumah.
Sang guru pun memenuhi undangannya dan
mendatangi kediaman Rumi.
Setelah makanan untuk tamu siap, Syams
mengatakan sesuatu pada muridnya itu.
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.
Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak.
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)
Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’.
“Iya”, jawab Syams.
Rumi masih terkejut,”maaf, saya tidak mengetahui hal ini”.
“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”.
“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.
“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.
“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.
“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman”.
“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”.
“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.
Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.
Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.
Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.
Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak.
Hingga
sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat
kota.
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak;
Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak;
“Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat
kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi.
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi. Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi.
“Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi
pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu
menambahi siarannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya.
Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.
Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya.
Mereka tidak kasihan lagi
untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.
Lalu Syams Tabrizi datang tiba-tiba sambil berkata,
Lalu Syams Tabrizi datang tiba-tiba sambil berkata,
“Hai orang-orang yang
tidak tahu malu. Kalian telah memfitnah seoang alim dengan tuduhan minum
arak. Ketahuilah bahwa botol itu hanya berisi cuka untuk memasak.”
Namun beberapa di antara orang-orang itu mengelak.
Akhirnya Syams mengambil botol yang disangka berisi arak dan membuka tutup botolnya. Dia menuangkan isi dari botol itu di tangan orang-orang di hadapannya.
Akhirnya Syams mengambil botol yang disangka berisi arak dan membuka tutup botolnya. Dia menuangkan isi dari botol itu di tangan orang-orang di hadapannya.
Ternyata botol itu memang benar berisi cuka. Mereka menyesal
dan mulai memukuli kepala mereka sendiri.
Mereka bersimpuh di kaki
Rumi. Mereka saling berdesakan untuk meminta maaf kepada alim tersebut
dan menciumi tangan sang sufi.
Mereka pun pergi satu per satu.
“Malam ini kau menyebabkan aku terjerumus dalam permasalahan yang besar. Kehormatan dan nama baikku menjadi ternoda. Kenapa kau melakukan ini?” tanya Rumi pada Syams.
“Supaya kau paham kalau wibawa itu hanyalah khayalan saja. Mungkin kau selama ini berpikir kalau penghormatan dari orang-orang seperti mereka adalah sesuatu yang abadi. Sekarang kau lihat sendiri bukan? Hanya karena satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka mulai menghajarmu sampai hampir membunuhmu. Ini kebanggaan yang selama ini kau kejar sepenuh tenaga dan hilang sekejap.
Bersandarlah hanya pada dzat yang tidak tergoyahkan dan tidak patah oleh perubahan zaman.
Sandarkanlah dirimu pada Allah SWT semata. (Dikutip dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi.)
Sumber: santrionline.net
“Malam ini kau menyebabkan aku terjerumus dalam permasalahan yang besar. Kehormatan dan nama baikku menjadi ternoda. Kenapa kau melakukan ini?” tanya Rumi pada Syams.
“Supaya kau paham kalau wibawa itu hanyalah khayalan saja. Mungkin kau selama ini berpikir kalau penghormatan dari orang-orang seperti mereka adalah sesuatu yang abadi. Sekarang kau lihat sendiri bukan? Hanya karena satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka mulai menghajarmu sampai hampir membunuhmu. Ini kebanggaan yang selama ini kau kejar sepenuh tenaga dan hilang sekejap.
Bersandarlah hanya pada dzat yang tidak tergoyahkan dan tidak patah oleh perubahan zaman.
Sandarkanlah dirimu pada Allah SWT semata. (Dikutip dari kumpulan kisah Jalaluddin Rumi.)
Sumber: santrionline.net