Mengenal KH Abuya Muhtadi Dimyathi Banten dan Pendapatnya Tentang HTI
Radarislam.com ~ Suatu hal yang mengagumkan jika ada seorang kiai yang
nasionalis seperti salah satunya adalah KH Abuya Muhtadi Dimyathi. Beliau memiliki
nama kecil Ahmad Muhtadi,. Dilahirkan di Kabupaten Pandeglan Provinsi Banten
dari pasangan KH Abuya Dimyathi Bin KH M. Amin Al-Bantany dan Nyai Hj. Asma’
Binti KH Abdul Halim Al-Makky pada 28 Desember 1953 M.
Pendidikan agamanya diperoleh ketika dia sekolah di SR
Tanagara dari ibundanya. Sedangkan ayahnya, Abuya Dimyathi Amin masih berkelana
di pondok pondok pesantren di Nusantara untuk silaturrahmi, tabarruk dan tholab
dan ulama sepuh waktu itu.
Setelah menamatkan SR di tahun 1965 M, dia diajak oleh
ayahnya untuk berkelana sembari terus digembleng pendidikan agama dalam
pengembaraan selama 10 tahun lamanya. Pada tahun 1975, dia mengikuti
Ayahandanya Iqomah di Kampung Cidahu Desa Tanagara Kec. Cadasari Kab Pandeglang
Banten di samping mendirikan pondok pesantren.
Meskipun sudah menjadi pemimpin di pesantren, dia tidak
berhenti digembleng oleh sang ayah karena dia terus dihujani oleh lautan ilmu
ayahandanya hingga akhir hayat sang ayahanda pada 3 Oktober 2003. Dia pun
mengerahkan seluruh waktunya mendalami ilmu agama selama 38 tahun dan dia
berhasil mengkhatamkan banyak kitab ulama salaf dari berbaai cabang hingga
berulang kali dan dikahi dengan sistem pendidikan di pesantren salaf huruf demi
huruf.
Dari fan ilmu tafsir, ia mengkhatamkan Tafsir Ibnu Jarir
Ath-Thabary (Tafsir terbesar) dan Tafsir Ibnu Katsir. Dari fan Qiro'ah ia tidak
cuma ahli dalam Qiro'ah Sab’ah tapi juga ahli dalam Qiro'ah ‘Asyaroh disamping
juga Hafidz Al-Qur'an. Dari fan Ilmu Al-Qur'an Beliau mengkhatamkan Al-Burhan,
Al-Itqon dan lain-lain. Dari fan hadits ia mengkhatamkan Kutub As-Sittah, dari
fan fiqih ia sampai mengkhatamkan Tuhfatul Muhtaj, Mughnil Muhtaj, Asnal
Matholib, dan dari fan-fan lainnya yang ada 14 Fan.
Tidaklah berlebihan
kalau ia disebut dengan Mufti Asy-Syafi’iyyah karena sudah mengkhatamkan dan
menguasai 4 Kitab pedoman Muta'akhkhirin As-Syafi’iyyah (Tuhfatul Muhtaj,
Mughnil Muhtaj, Nihayatul Muhtaj, Asnal Matholib) dan Kitab Raudlatut Tholibin
(Pegangan Para Mufti), dan disebut dengan Al-Mutafannin (Orang yang menguasai
berbagai Fan Ilmu Agama), dan disebut dengan Al-Musnid karena sudah disahkan
untuk mengijazahkan Kitab Sanad Kifayatul Mustafid karangan Syaikh Mahfudz
At-Tarmasy, dan disebut dengan Al-Mursyid karena ia juga menguasai 14 fan
Thariqah dan menjadi Mursyid Thariqah Asy-Syadziliyyah, dan disebut dengan
Syaikhul Masyasikh (Kyainya Para Kyai) karena di setiap hari terutama hari
Sabtu, Ahad dan Senin di Majlis Ta’lim ia berkumpul para kiai alim ulama
seantero Banten untuk menyerap ilmu agama tingkat tinggi yang ia ajarkan
meneruskan Majlis Ta’lim yang diasuh oleh ayahandanya, dan pada saat ini ia
membaca dan mengajarkan Kitab Raudlatut Tholibin, Mughnil Muhtaj, Tuhfatul
Muhtaj, Nihayatul Muhtaj, Al-Ihkam Fi Ushulil Ahkam, Al-Ghunyah Li Tholibi
Thariqil Haq, Ihya Ulumiddin, Shohih Muslim, An-Nasyr Fi Qiro'atil ‘Asyr dll.
Dan yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain adalah ketajaman Bashirah/Mata
Bathin Beliau, karena Beliau adalah seorang Ulama yang ahli tirakat, bahkan
semenjak umur 18 tahun sampai sekarang Beliau masih menjalani
Shaumuddahri/puasa setiap hari bertahun tahun.
Salah satu fatwanya yang
menunjukkan bahwa ia adalah seorang ulama nasionalis adalah fatwanya tentang
Pancasila, HTI dan Ormas sejenisnya berikut ini:
Dengan ini saya Abuya
Muhtadi Dimyathi (Ketua/Imam M3CB) berfatwa bahwa Pancasila adalah :
قاعدة كلية أقامها من قبلنا لإصلاح من بين سابنج وميروكى
Artinya : Dasar Negara
yang bersifat global mencakup keseluruhan komponen bangsa yang dirumuskan dan
disahkan oleh tokoh-tokoh sebelum kita untuk kemashlahatan seluruh rakyat NKRI
dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari beragam Agama, ras dan suku.
dan juga saya berfatwa
bahwa :
ألحاتيئي ومن نحا نحوهم ليس إلا أنهم قوم مسلمون أقاموا في بلدتنا
التي قاعدتها فنجاسيلا ويريدون إزالتها محقرين ومهينين بانيها ومدعين بأنهم طاغوت,
وذلك نوع من البغي, والبغي كبيرة. فلما كان كذلك فحرام في الجملة
Artinya : HTI Hizbut Tahrir
Indonesia dan ormas-ormas Islam lainnya yang sejalan dengan HTI tiada lain
kecuali kaum muslimin yang menetap di negara kita Indonesia yang punya dasar
Pancasila dan misi kaum muslimin tersebut adalah menghilangkan Pancasila,
mereka juga menghina dan meremehkan tokoh-tokoh perumus dan pengesah Pancasila
dan menganggap bahwa tokoh-tokoh perumus Pancasila adalah taghut. Perbuatan
seperti itu adalah salah-satu macam pemberontakan terhadap Negara,
padahal memberontak negara itu dosa besar, maka HTI dan ormas-ormas Islam yang
sejalan dengan HTI itu hukumnya harom dalam beberapa masalah/situasi dan
kondisi.
Itulah biografi dari KH Abuya Muhtadi Dimyathi
Al-Bantany. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari beliau. Amiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Baca Juga:
- Mengenal KH Abuya Muhtadi Dimyathi Banten dan Pendapatnya Tentang HTI
- Hebat! Pindad Bikin Senjata yang Bisa Tembus Rompi Anti Peluru Tentara AS
sumber: M. Hubab Nafi’ Nu’man, Nu.or.id