Kisah Wali Allah Yang Sangat Ingin Bertemu Dengan Nabi Khidir
Radarislam.com ~ Ada salah satu dari beberapa ulama’ salaf yang sangat rindu ingin bertemu
dengan Nabi Khidir as. Ia pun selalu berdoa kepada Allah agar mempertemukannya
dengan Nabi Khidir sekali saja. Ia ingin Nabi Khidir mengajarkan kepadanya
tentang perkara yang sangat penting di dunia ini.
Pada suatu ketika, Allah membukakan hijabnya sehingga ia bisa bertemu dengan Nabi Khidir. Karena tidak kuasa akan rasa rindu yang membara, ia pun segera mengungkapkan permintaan hatinya kepada Nabi Khidir
“Wahai Abu Abbas (Nabi Khidir), ajarkanlah aku sesuatu yang mana ketika aku mengucapkannya maka tertutuplah hati para makhluk sehinggatidak ada seorang pun yang tahu akan kebaikan dan keluasan agamaku !”. Kemudian Nabi Khidir mengjarkan sebuah doa kepadanya :
Pada suatu ketika, Allah membukakan hijabnya sehingga ia bisa bertemu dengan Nabi Khidir. Karena tidak kuasa akan rasa rindu yang membara, ia pun segera mengungkapkan permintaan hatinya kepada Nabi Khidir
“Wahai Abu Abbas (Nabi Khidir), ajarkanlah aku sesuatu yang mana ketika aku mengucapkannya maka tertutuplah hati para makhluk sehinggatidak ada seorang pun yang tahu akan kebaikan dan keluasan agamaku !”. Kemudian Nabi Khidir mengjarkan sebuah doa kepadanya :
اللهم اسبل علي كشيف سترك وحط علي سرادقات
حجبك واجعلني في مكنون غيبك واحجبني عن قلوب الخالقين
“Ya Allah,
selimutlanlah kepadaku tebalnya tutup-Mu, selimutilah aku dengan kain hijab-Mu,
jadilaknlah aku sebagai simpanan ghaib-Mu (Seorang yang tidak dikenal), dan
halangilah diriku dari hati para makhluk”.
Kemudian Nabi
Khidir pun menghilang entah kemana, dan ia pun tidak lagi rindu pada Nabi
Khidir setelah pertemuan itu. Namun, ia selalu mengucapkan doa yang diajarkan Nabi
Khidir kepadanya setiap hari.
Dan diceritakan bahwa doanya telah benar-benar terkabulkan, ia mendapatkan ujian hidup. Ia menjadi seorang yang hina di mata orang lain, para orang kafir dhimmi menganggap rendah, bahkan sering menyuruhnya untuk melakukan sesuatu demi mereka, para anak-anak kecil mengolok-olok dan mempermainkannya. Namun, baginya suatu kenikmatan adalah bersih dan kuatnya hati di dalam kehinaan dan menyamarkan diri dari pandangan orang lain.
Ini adalah keadaan para wali dan kekasih Allah, meski mereka rendah di hadapan manusia namun mulia di hadapan tuhannya. Sungguh tertipu bagi mereka yang mengaku sebagai ulama dan kyai, mereka merasa senang karena dihormati, mereka merasa nyaman karena terkenal, mereka merasa lega karena menjadi seorang yang ahli beribadah. Sesungguhnya kemuliaan itu jika mulia di hadapan Allah, orang yang mulia dihadapan makhluk belum tentu mulia di hadapan Allah. [Radar Islam/ arjurohmah.blogspot.co.id]
Dan diceritakan bahwa doanya telah benar-benar terkabulkan, ia mendapatkan ujian hidup. Ia menjadi seorang yang hina di mata orang lain, para orang kafir dhimmi menganggap rendah, bahkan sering menyuruhnya untuk melakukan sesuatu demi mereka, para anak-anak kecil mengolok-olok dan mempermainkannya. Namun, baginya suatu kenikmatan adalah bersih dan kuatnya hati di dalam kehinaan dan menyamarkan diri dari pandangan orang lain.
Ini adalah keadaan para wali dan kekasih Allah, meski mereka rendah di hadapan manusia namun mulia di hadapan tuhannya. Sungguh tertipu bagi mereka yang mengaku sebagai ulama dan kyai, mereka merasa senang karena dihormati, mereka merasa nyaman karena terkenal, mereka merasa lega karena menjadi seorang yang ahli beribadah. Sesungguhnya kemuliaan itu jika mulia di hadapan Allah, orang yang mulia dihadapan makhluk belum tentu mulia di hadapan Allah. [Radar Islam/ arjurohmah.blogspot.co.id]
Kisah ini diambil dari Kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Ghozaly, Juz 4, Hal. 236, 237.