Bocah SD Ini Rawat Ayahnya yang Lumpuh Sendirian, Kisah Pilunya Bikin Netizen Nangis - RadarIslam.com

Bocah SD Ini Rawat Ayahnya yang Lumpuh Sendirian, Kisah Pilunya Bikin Netizen Nangis

Radarislam.com ~ Semua orang pasti tahu berbakti bada orang tua wajib dilakukan oleh seorang anak. Namun perlu dengan ikhlas dan tulus. 

Kisah bocah SD bernama Kendar bernasib amat memilukan. Setiap harinya Kendar seorang diri merawat ayahnya yang terbaring lumpuh.

Setiap pagi, Kendar terlihat sangat sabar menyuapi makan ayahnya, Rasim (42), yang terkulai lemah tak berdaya di tempat tidur kayu di rumahnya di RT 06 Dukuh Pucung, Desa Karang Bawang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. 

Ya, rumah mereka memang terbilang sangat sederhana, karena terbuat dari kayu dan anyaman bambu serta beralaskan tanah.


Kendar sudah merawat sang ayah enam tahun lamanya. Seluruh urusan rumah tangga, mulai menyediakan makanan hingga memandikan serta mengurus keperluan sang ayah lainnya dilakukannya sendiri. 

Akibatnya Kendar banyak tertinggal pelajaran di sekolah.

“Sehari-hari ya mengambilkan makanan untuk Bapak, nyuapin Bapak, mandiin, nyuci pakaian, nyuci piring, merapikan rumah. Saya ikhlas ngurusin Bapak,” kata Kendar seperti dikutip Radarislam.com dari Detik.com.

Menurut Kendar, ibunya, Tasmini (40), terpaksa pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai pembantu agar keluarganya tetap bisa makan. 

Sedangkan kakaknya, Darmanto, dimasukkan ke sebuah pesantren gratis oleh warga sekitar untuk meringankan beban keluarganya.

“Untuk kebutuhan sehari-hari, nunggu kiriman. Kalau Ibu kirim, bisa makan. Tapi, kalau belum kirim, saya utang dulu di warung,” sambungnya.
Kendar saat mengurus ayahya yang lumpuh

Kendar sangat berharap ayahnya bisa segera sembuh dari kelumpuhan agar masa depannya tidak hilang. Dia ingin bisa terus bersekolah agar kelak bisa bekerja dan ikut menopang perekonomian keluarga.

“Harapannya, Bapak cepat sembuh biar Bapak bisa merawat aku dan kakakku lagi. Pinginnya Bapak kayak dulu lagi. Sudah lama Bapak sakit,” ucapnya dengan nada lirih.

Sebelum mengalami kelumpuhan, Rasim adalah tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai penderes nira untuk membuat gula jawa. 

Tapi, semenjak 2010, dirinya terkena gejala penyakit cikungunya sampai dirawat selama seminggu di rumah sakit.

“Berobat 1 minggu di RS tidak sembuh. Jadi pulang, sampai uang habis, tidak bisa berobat lagi,” ujar Kasim.

Sejak saat itulah Kendar berperan merawat dirinya, sementara istrinya memutuskan merantau ke Jakarta jadi pembantu rumah tangga untuk menyambung kehidupan mereka.

Karena kondisi sang ayah yang membutuhkan bantuan dirinya melakukan aktivitas, Kendar terpaksa sering izin kepada gurunya karena tidak bisa berangkat ke sekolah untuk mengurusinya.

“Saya kasihan sama Kendar. Semuanya ditangani Kendar. Jadi saya nelangsa (sedih) sekali, kepingin nangis. Soalnya, anak kecil itu belum waktunya ngurusin saya, tapi sudah bekerja berat, ngurusin saya semuanya,” kata Rasim sambil meneteskan air mata dengan kondisi tergolek lemah.

Mirisnya, Kendar juga diduga memiliki gejala penyakit yang mirip seperti dirinya. Terbukti anak ini kesulitan beraktivitas seperti saat jongkok, kakinya pun tidak bisa menekuk, dan kedua tangannya tidak bisa menggenggam.

“Punya anak dua sakit semua. Yang cacat Darmanto dan Kendar, tangannya tidak bisa genggam, dua-duanya, terus kaki tidak bisa nekuk, dua-duanya sakit semua. Sakit apa saya juga tidak tahu,” ucapnya.

Menurut tetangga Rasim, Darsim, hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah untuk membantu keluarga tersebut. Hingga akhirnya istri Rasim terpaksa bekerja ke Jakarta sebagai tulang punggung keluarga.

“Bantuan untuk mengobati Rasim hingga saat ini tidak ada, paling bantuan yang sifatnya umum, seperti BLT. Akhirnya istrinya terpaksa berangkat ke Jakarta bekerja sebagai pembantu. Kalau untuk sekolah, mungkin sudah ada bantuan dari dana BOS atau apa, jadi guru-guru Kendar juga ikut bantu,” katanya.

Wali Kelas Kendar di SD  1 Karang Bawang Wantoro, mengatakan Kendar merupakan anak yang rajin dan suka membantu orang tua. Meskipun kadang sering terlambat dan tidak masuk sekolah, tapi dia selalu izin karena harus merawat ayahnya.
Kendar saat belajar di sekolah
“Terlambat sering, karena harus merawat bapaknya, tapi dia anak yang rajin,” tuturnya.

Wantoro menjelaskan Kendar juga anak yang jujur. Suatu hari Kendar mengatakan jmkakinya selalu sakit sehingga meminta izin agar tidak pakai sepatu atau sandal saat berangkat ke sekolah.

“Paling saat olahraga dia sering minder, mungkin karena fisiknya, ya. Untuk kedewasaan, dia lebih dewasa dibanding teman-temannya. Dia juga anak yang berani dan sopan. Pernah dia izin ke saya kalau kakinya sakit dan tidak mau pakai sepatu sama pakai sandal. Saya bilang tidak apa-apa, yang penting kamu sekolah,” jelasnya.

Beruntung  teman-teman Kendar baik dan peduli. Tingkat sosial teman-temannya juga tinggi, mereka tak segan menolong Kendar dengan keterbatasannya.

"Teman-temannya juga ikut membantu, misal Kendar terlihat termenung, teman-temannya pada jajan, akhirnya itu teman-temannya pada kasih dan menghibur Kendar,” tandasnya.

Baca Juga:

Semoga saja ayah Kendar mendapatkan pengobatan yang layak sehingga Kendar bisa meneruskan sekolah demi masa depannya. Amin. [Radarislam/ Mmc]

Share This !