Polwan Berhijab Ini Tewas Setelah Lindungi Umat Kristen Mesir dari Bom
Radarislam.com ~ Sudah tugas polisi
melindungi dan mengayomi masyarakat. Namun Rakyat Mesir patut memberikan
penghargaan setinggi-tingginya kepada seorang polisi wanita (polwan) berhijab,
Nagwa Abdel-Aleem (55). Muslimah ini wafat setelah berupaya melindungi umat
Kristen dari serangan bom bunuh diri di Gereja Koptik, Alexandria, hari Minggu
lalu.
Dalam kejadian tersebut,
sedikitnya 44 orang meninggal akibat dua serangan bom. Ledakan
pertama terjadi di Gereja St George's di Tanta. Sementara, ledakan ke dua
terjadi di Katedral Saint Mark Alexandria. Diketahui, Abdel-Aleem tengah
bertugas menjaga pintu masuk gereja saat pelaku bom bunuh diri. Sebeumnya
pelaku yang merupakan anggota ISIS, mencoba melintas gerbang. Polwan itu
berusaha menahan agar pelaku tidak bisa melangkah lebih jauh meninggalkan pintu
gerbang.
Merasa upayanya gagal,
pelaku meledakkan bom di gerbang gereja, tepat di lokasi Abdel-Aleem berjaga.
Diduga, bom tersebut ditujukan kepada Paus Tawadros II, yang telah meninggalkan
lokasi beberapa saat sebelumnya. Abdel-Aleem adalah wanita pertama di
lingkungan Kepolisian Mesir yang meninggal dalam tugas. Media setempat
melaporkan, satu dari dua putra Abdel-Aleem, yang juga polisi, turut menjadi
korban meninggal dalam insiden itu.
" Polisi Muslimah
berhijab kehilangan nyawanya demi membela Katedral Koptik Alexandria. Jangan
hakimi seseorang hanya dari pakaiannya. Lihatlah aksinya," ujar salah satu
akun Twitter.
Serangan terjadi
bertepatan dengan perayaan Minggu Palma, sebuah perayaan menjelang Paskah dalam
tradisi Kristen Koptik. Paus Fransiskus rencananya akan berkunjung ke Mesir
usai perayaan bulan ini Umat Kristen di Mesir merupakan kaum minoritas.
Populasi mereka hanya sekitar 10 persen dari 90 juta penduduk Mesir.
Namun, mereka kerap
menjadi target kelompok yang berafiliasi dengan kelompok militan ISIS di Sinai.
Kelompok-kelompok ini membuat situasi keamanan Mesir kacau sejak 2011. Serangan
tragis tersebut memicu kemarahan publik. Presiden Abdel Fattah Al Sisi berjanji
untuk menindak kelompok itu. Pemerintah Mesir menyatakan negara dalam keadaan
darurat selama tiga bulan ke depan. Pasukan pun dikerahkan untuk mengamankan
ruang-ruang publik di seluruh Mesir.
Wahbi Lamie, kerabat
dari salah satu korban yang meninggal, mengeluh sampai kapan peristiwa semacam
ini terus terjadi.
" Berapa lama lagi
kita dipecah belah? Setiap orang yang berbeda (dengan kelompok ekstrimis)
sekarang disebut kafir, tak peduli mereka Muslim atau Kristen. Mereka melihat
yang lain sebagai kafir. Berapa lama lagi orang-orang semacam itu akan ada? Dan
berapa lama lagi pihak keamanan jadi tidak mampu?" kata Lamie mengecam.
ISIS menyatakan
bertanggung jawab atas serangan berdarah pada Minggu tersebut. Kelompok ini
mengklaim dua militannya mengenakan bom rompi telah melancarkan serangan, dan
mengingatkan akan ada lagi serangan serupa.
Baca Juga:
Polwan berhijab ini
menjadi bukti indahnya Islam melindungi sesame tanpa memandang agama, ras, dan
suku. [Radarislam/ Dr/ Id]