Pria Asal Bojonegoro ini Ditangkap Tim Densus 88 Saat Hendak Sholat Subuh di Masjid
Radarislam.com ~ Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri menangkap terduga teroris, seorang pria yang berinisial SKR atau BN (43) di Desa Semen Kidul, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
SKR yang merupakan pemilik yayasan dakwah ini diamankan saat akan berangkat ke masjid untuk sholat subuh.
Kepala Desa Semen Kidul, Lugito membenarkan adanya penangkapan warganya oleh tim Densus 88 Polri pada Selasa (9/11/2021) pukul 04.00 WIB kemarin.
"Ya nggak ada yang tahu (Penangkapannya), ditangkapnya sekitar subuh saat akan ke masjid. Ditangkap oleh petugas densus informasinya tadi," kata Kades Semen Kidul Lugito dikutip Radarislam.com dari laman detikcom, Selasa (9/11/2021).
Setelah melakukan penangkapan, Densus 88 kemudian menggeledah rumah dan menyita beberapa buku jihad.
"Hanya buku-buku jihad yang diamankan oleh petugas densus 88 tadi. Sekitar 10 buku kalau nggak salah. Tidak ada barang lainnya tadi setahu saya," ungkapnya
SKR ditangkap oleh tim Densus 88 Polri di sekitar rumahnya tanpa adanya perlawanan, selain itu operasi penangkapan pun berlangsung sangat cepat sehingga tidak banyak warga yang tahu.
Dirinya mengetahui adanya penangkapan itu, jelas dia, saat dijadikan sebagai saksi pada saat penggeledahan rumahnya.
"Saya tahunya setelah dihubungi untuk menyaksikan dan mendampingi proses penggeledahan," tambahnya.
Proses penggeledahan yang dilakukan petugas Densus 88 juga mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian setempat yang juga didampingi perangkat desa.
"Petugas tadi juga sempat menggeledah ke dalam rumah didampingi perangkat desa," ujarnya.
Saat dilakukan penggeledahan rumah oleh densus 88, sang istri terduga teroris juga ikut menyaksikan.
"Ada tadi istrinya saat penggeledahan," terang kades Lugito.
Lebih lanjut Lughito juga menuturkan, SKR merupakan guru ngaji bagi anak-anak di masjid dan yayasan yang beralamat di Desa Duyungan, Kecamatan Sukosewu.
Lebih lanjut Lughito juga menuturkan, SKR merupakan guru ngaji bagi anak-anak di masjid dan yayasan yang beralamat di Desa Duyungan, Kecamatan Sukosewu.
"Ya ustaz kalau warga sini tahunya, dan biasa dipanggil Abah." jelasnya
Lugito dan warga desa tidak pernah menyangka sebelumnya, sebab setiap hari BA diketahui oleh warga aktivitasnya hanya mengajar ngaji warga sekitar. Tapi santri di pondoknya kebanyakan berasal dari luar daerah.
"Kalau di sini mengajar anak tetangga, kalau Jumat sore juga pengajian ibu ibu. Beda dengan di pondoknya sendiri yang santrinya usia rata-rata remaja dan khusus laki laki," kata Lugito.
Lugito mengatakan kehidupan keluarga BA sendiri ini memang terkenal tertutup, terrmasuk istri BA yang bercadar. Sang istri yang berinisial M diketahui hanya keluar rumah jika berbelanja kebutuhan sehari hari saja.
"Nggak pernah keluar rumah kalau istrinya. Paling keluar rumah kalau belanja, istrinya pakai cadar dan berasal dari Makassar setahu saya. Kalau BA memang asli orang sini. Mungkin suaminya ini dulu teman waktu mondok," imbuh Lugito.
BA sendiri sebelum menikah memang pernah mondok di Jawa Tengah. Setelah itu ia pulang kampunng lalu berdagang telur. Tapi setela mulai banyak santri di pondoknya, usaha dagangnya ditinggalkan.
"Dulu awalnya pernah berjualan telur dan mendirikan pondok di desa sebelah. Baru buat yayasan di rumahnya itu. Kalau yayasan ini baru sekitar satu tahunan. Jadi lebih dulu buat pondoknya," pungkasnya. (*)
Sumber: Detikcom
Sumber: Detikcom