Dituding Ingkar Janji Pekerjakan Warga, Pertamina Berkomitmen Profesional dan Berdayakan Masyarakat Lokal - RadarIslam.com

Dituding Ingkar Janji Pekerjakan Warga, Pertamina Berkomitmen Profesional dan Berdayakan Masyarakat Lokal


PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) mengklarifikasi tuduhan warga kampung miliarder Tuban, yang menyebut perusahaan telah mengingkari janjinya untuk mempekerjakan mereka.

Menurut warga, PRPP menjanjikan mereka yang menjual tanahnya guna proyek Kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban akan mendapatkan pekerjaan di perusahaan.

Kadek Ambara Jaya selaku Direktur Utama PRPP menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk ikut melibatkan warga setempat dalam proyek Kilang GRR Tuban. Dia juga menjelaskan proses pembersihan lahan (land clearing) tahap ke-3 pada tahun lalu turut melibatkan warga setempat.

Kadek dalam siaran pers yang dirilis Senin, 24/1/2022 mengatakan, "Pembersihan lahan tahap 3 yang tealah selesai pada 2021, Kilang GRR Tuban melibatkan lebih dari 300 orang pekerja, 98 % dari mereka adalah warga lokal sekitar proyek." 

Dia juga menjelaskan bahwa pembersihan lahan tahap 1 sampai 3 melibatkan lebih dari 600 orang warga Tuban di sekitar proyek Kilang GRR. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan (K3).

Kadek juga menambahkan, "PRPP dan Pertamina Project GRR berkomitmen untuk merekrut para pekerja yang memenuhi persyaratan dan kompetensi yang dibutuhkan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku."

Kadek memastikan proses rekrutmen tenaga kerja  proyek Kilang GRR Tuban diadakan secara transparan. Perusahaan bersama-sama dengan PT Pertamina Training & Consulting (PTC) dalam proses rekrutmen tenaga kerja  pada tahun 2022.

Kadek mengatakan,  "Dasar Penunjukan PTC supaya proses rekrutmen dapat dilakukan dengan transparan, independen, serta bebas dari intervensi." 

Dia juga mengklaim PTC mempunyai pengalaman panjang dalam melaksanakan rekrutmen tenaga kerja. Proses tersebut juga diketahui oleh para pemangku kepentingan, termasuk dalam hal ini pejabat pemerintah setempat.

"Kami terus berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal seperti pada tahun sebelumnya (2021)," ungkap Kadek.

Walaupun demikian, Kadek juga mengakui perusahaan melaksanakan seleksi karena pekerjaan di Kilang GRR Tuban memerlukan kompetensi tertentu. Sehingga proses seleksi dibutuhkan guna memperoleh calon pekerja yang sehat jasmani dan rohani, disiplin, berkompeten, berdedikasi tinggi, serta profesional di bidangnya.

Kadek mengungkapkan, "Besar harapan kami bahwa para calon tenaga kerja yang direkrut dapat merepresentasikan warga Tuban yang membanggakan." 

Di sisi yang lain Ghoni yang merupakan Ketua Paguyuban Karang Taruna Ring 1 Proyek GRR mengatakan bahwa warga sempat berunjuk rasa untuk menagih janji Pertamina akan memberikan pekerjaan bagi mereka yang menjual tanahnya ke pihak perusahaan.

Ghoni juga mengatakan bahwa pemuda desa yang mengajukan berkas lamaran ke perusahaan seolah-olah dipersulit dengan dibenturkan pada berbagai aturan yang ada.

"Ya ada yang sudah bekerja saat dulu awal butuh security, namun tak lebih dari 30 orang. Bahkan pada saat ini ada warga ring 1 yang sudah mengajukan berkas lamaran namun banyak yang dipersulit dengan aturan," Ghoni menuturkan.

Ia berkata bahwa sesudah menjual tanahnya ke Pertamina sejumlah warga di sekitar proyek Kilang GRR Tuban menganggur. Beberapa warga yang dulunya adalah petani sudah tidak bisa bercocok tanam karena tidak punya lahan untuk ditanami.

"Beberapa warga yang menganggur ini dulunya adalah petani, ataupun buruh tani ke warga yang punya lahan luas. Namun pada saat ini jangankan menjadi petani, jadi buruhnya petani pun mereka sudah tak bisa sebab lahannya sudah dijual," imbuh Ghoni.

Sebagai pengetahuan, Kilang GRR Tuban adalah salah satu proyek strategis nasional (PSN). Proyek ini dibangun guna meningkatkan kapasitas pengolahan minyak yakni sebesar 300 ribu barel/hari.

Kilang GRR Tuban ditargetkan bisa menghasilkan BBM berstandar Euro V berupa gasoline yakni sekitar 80 ribu barel/hari, gasoil sekitar 100 ribu barel/hari dan Avtur sekitar 30 ribu barel/hari.

Proyek tersebut rencananya diintegrasikan dengan kilang petrokimia yang berproduksi 3.750 KTPA.

Dengan didirikannya kilang di Tuban, Pertamina menargetkan kebutuhan BBM ke depan dapat terpenuhi dari kilang dalam negeri sehingga bisa menekan impor.

Share This !